Tanggapan Teologis Terhadap Spiritisme Dalam 1 Samuel 28:3-20

Penulis

  • Yefta Yan Mangoli STT EFATA SALATIGA Author
  • Sariyanto Sekolah Tinggi Teologi Jemaat Krisuts Indonesia Author

Kata Kunci:

Spiritisme, Okultisme, Raja Saul, Alkitab, Pewahyuan.

Abstrak

Spiritisme sebagai usaha manusia untuk berkomunikasi dengan roh orang mati telah hadir sejak zaman kuno dan tetap memengaruhi kehidupan masyarakat hingga masa kini. Praktik ini sering dipandang sebagai sarana memperoleh petunjuk, penghiburan, maupun kuasa spiritual, tetapi dalam perspektif iman Kristen menimbulkan persoalan serius terkait ketaatan terhadap Allah dan otoritas firman-Nya. Penelitian ini berfokus pada kisah Raja Saul dalam 1 Samuel 28:3–20, ketika ia mencari perantara arwah di En-Dor untuk memanggil roh nabi Samuel. Peristiwa tersebut menunjukkan krisis iman dan keputusasaan Saul yang berujung pada tindakan melanggar larangan Allah. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kepustakaan serta analisis ekspositori-teologis terhadap teks Alkitab. Teks ditelaah dalam konteks historis dan naratif untuk menggali makna teologis serta implikasinya bagi kehidupan iman Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritisme dalam Alkitab dipandang sebagai kekejian yang membuka ruang bagi kuasa kegelapan. Kisah Saul memperlihatkan konsekuensi serius dari ketidaktaatan terhadap firman Allah: keheningan Tuhan, kehilangan arah rohani, hingga penghakiman yang pasti. Kesimpulannya, spiritisme tidak pernah menjadi sarana sah untuk memperoleh pewahyuan ilahi. Gereja dan pemimpin rohani dipanggil untuk menegaskan firman Allah sebagai satu-satunya sumber kebenaran, serta membimbing jemaat agar menjauhi praktik okultisme yang menyesatkan.

Diterbitkan

2025-10-06

Terbitan

Bagian

Articles

Cara Mengutip